Home » » Teknik Dasar Photography untuk Pemula

Teknik Dasar Photography untuk Pemula

Posted by Jimms on Friday, December 30, 2016

A. Fotografi
Fotografi ( Photography ) berasal dari kata Photo (Cahaya) dan Grafo ( menulis / menggambar ), sehingga dapat diartikan bahwa fotografi adalah suatu teknik menggambar dengan cahaya. Atas dasar tersebut, jelas bahwa cahaya sangat berperan penting dan menjadi sumber utama dalam memperoleh gambar (tanpa cahaya tidak akan ada hasil foto).

B. Kamera SLR
Kamera SLR ( Single Lens Reflex ) atau Kamera D-SLR ( Digital ) merupakan kamera dengan jendela bidik (Viewfinder) yang memberikan gambar sesuai dengan sudut pandang lensa melalui pantulan cermin yang terletak di belakang lensa.   Pada umumnya kamera biasa memiliki tampilan dari jendela bidik yang berbeda dengan sudut pandang lensa  karena jendela bidik tidak berada segaris dengan sudut pandang lensa .

Fotografi berkaitan erat dengan cahaya (jadi untuk menghasilkan sebuah foto diperlukan adanya cahaya, tanpa ada cahaya maka tidak akan ada foto), maka kamera berfungsi untuk mengatur cahaya yang ditangkap image sensor ( sensor gambar pada kamera digital atau film pada kamera konvensional ). Untuk mengatur cahaya, terdapat 2 hal mendasar dalam kamera, yakni Shutter Speed (Kecepatan Rana) dan Aperture (Diafragma).

C. Lensa
Dalam fotografi, lensa berfungsi untuk memokuskan cahaya hingga mampu membakar medium penangkap (film). Di bagian luar lensa  biasanya terdapat tiga cincin, yaitu cincin panjang fokus (untuk lensa  jenis variabel), cincin diafragma, dan cincin fokus.

PANJANG LENSA
Panjang lensa  biasa disebut Focal Length

Panjang lensa mempengaruhi:
a. JARAK pemotretan
b. SUDUT pandang
c. PEMBESARAN
d. FASILITAS BUKAAN DIAFRAGMA

Lensa Khusus:
a. Lensa Makro (biasa disebut Macro Lens)
b. Penambahan panjang lensa (biasa disebut Tele Converter atau Extender)
c. Lensa pengoreksian perspektif pada subjek
d. Lensa Lunak (biasa disebut Soft Focus Lens)

Macam-macam lensa
  • Lensa Standar. Lensa ini disebut juga lensa normal. Berukuran 50 mm dan memberikan karakter bidikan natural.
  • Lensa Sudut-Lebar (Wide Angle Lens). Lensa jenis ini dapat digunakan untuk menangkap subjek yang luas dalam ruang sempit. Karakter lensa ini adalah membuat subjek lebih kecil daripada ukuran sebenarnya. Dengan menggunakan lensa jenis ini, di dalam ruangan kita dapat memotret lebih banyak orang yang berjejer jika dibandingkan dengan lensa standar. Semakin pendek jarak fokusnya, maka semakin lebar pandangannya. Ukuran lensa ini beragan mulai dari 17 mm, 24 mm, 28 mm, dan 35 mm.
  • Lensa Fish Eye. Lensa fish eye adalah lensa wide angle dengan diameter 14 mm, 15 mm, dan 16 mm. Lensa ini memberikan pandangan 180 derajat. Gambar yang dihasilkan melengkung.
  • Lensa Tele. Lensa tele merupakan kebalikan lensa wide angle. Fungsi lensa ini adalah untuk mendekatkan subjek, namun mempersempit sudut pandang. Yang termasuk lensa tele adalah lensa berukuran 70 mm ke atas. Karena sudut pandangannya sempit, lensa tele akan mengaburkan lapangan sekitarnya. Namun hal ini tidak menjadi masalah karena lensa tele memang digunakan untuk mendekatkan pandangan dan memfokuskan pada subjek tertentu.
  • Lensa Zoom. Merupakan gabungan antara lensa tandar, lensa wide angle, dan lesa tele. Ukuran lensa idak fixed, misalnya 80-200 mm. Lensa ini cukup fleksibel dan memiliki range lensa ang cukup lebar. Oleh karena itu lensa zoom banyak digunakan, sebab pemakai tinggal memutar ukuran lensa sesuai dengan yang dibutuhkan.
  • Lensa Makro. Lensa makro biasa digunakan untuk memotret benda yang kecil.

D. Fokus
Fokus adalah bagian yang mengatur jarak ketajaman lensa sehingga gambar yang dihasilkan tidak berbayang..

F. Shutter Speed
Shutter speed atau kecepatan rana merupakan kecepatan terbukanya jendela kamera sehingga cahaya dapat masuk ke dalam image sensor. Satuan daripada shutter speed adalah detik, dan sangat tergantung dengan keadaan cahaya saat pemotretan. Semisal cahaya terang pada siang hari, maka shutter speed harus disesuaikan menjadi lebih cepat, semisal 1/500 detik. Sedangkan untuk malam hari yang cahayanya lebih sedikit, maka shutter speed harus disesuaikan menjadi lebih lama, semisal 1/5 detik. Hal ini sekaligus menjelaskan mengapa foto pada malam hari cenderung buram, bahwa shutter speed yang lebih lambat memungkinkan pergerakan kamera akibat getaran tangan menjadikan cahaya bergeser sehingga foto menjadi buram / blur.


 Foto dengan shutter speed lambat 



 Foto dengan shutter speed cepat 


G. Aperture
Aperture atau diafragma merupakan istilah untuk bukaan lensa. Apabila diibaratkan sebagai jendela, maka diafragma adalah kiray / gordyn yang dapat dibuka atau ditutup untuk menyesuaikan banyaknya cahaya yang masuk. Pada kamera aperture dilambangkan dengan huruf  F  kecil dan dengan satuan sebagai berikut:
f/1.2
f/1.4
f/1.8
f/2.0
f/2.8
f/3.5
f/4.0
dst...

Semakin kecil angka satuan maka akan semakin besar bukaan lensa  (f/1.4 lebih besar bukaannya dibandingkan dengan f/4.0,  f/2,8 lebih besar bukaannya dibandingkan dengan f/16).


Gambar Aperture pada lensa


Jadi, korelasi antara shutter speed dan aperture adalah bahwa semakin besar bukaan lensa maka shutter speed akan semakin cepat, sebaliknya semakin kecil bukaan lensa maka shutter speed akan semakin melambat.


Keterangan:
perhatikan perbedaan rentang ruang tajam pada ketiga foto diatas. Pada bukaan diafragma besar ruang tajamnya lebih sempit dan demikian seterusnya.
Tips :
Gunakan bukaan besar (angka f kecil) untuk mengisolasi background yang mengganggu. Gunakan bukaan kecil (angka f besar) untuk pemotretan lanskap (pemandangan).

Beberapa istilah dlm fotografi yang amat perlu difahami:
  1. APS: Advanced Photo System
  2. DIL : Drop in Loading
  3. CID : Cartridge Identification number
  4.  FID : Film strip Identification number
  5. USC : Uniform Sigma Crystal/kristal sigma seragam
  6. Kristal sigma : Butir-butir perak halida
  7. AFS : Auto Focus Silent Wave Motor
  8. AFD : Auto Focus Distance Information
  9. DIR : Development Inhibitor Releaser
  10. SPD : Silicon Photo Diode
  11.  LCD : Liquid Crystal Display
  12. LED : Light Emitting Diode, lampu
  13. ISO/ASA : Derajat sensitivitas film
  14. ISO : International Standart Organization
  15. ASA : American Standart Association
  16. DIN : Deutsche Industry Norm
  17. NiMH : Nikel Metal Hydride
  18. NiCd : Nikel Cadmium
  19. DRAM : Data Random Acces Memory
  20. RISC : Reduce Intruction Set Computer
  21. CCD : Charge Couple Device (pada kamera digital)
  22. CPL : Circular Polarizing
  23. USM : Ultrasonic motor
  24. ESP : Elektro-Selective Pattern (Sistem pengkuran cahaya otomatik, di saat kondisi kesenjangan kecerahannya sangat besar
  25. SLR : single Lens Reflek, kamera lensa tunggal yang menggunakan cermin dan prisma
  26. TLR : Twin lens Refleks, kamera yang menggunakan dua lensa , satu untuk melihat, lainnya utnuk meneruskan cahaya ke filmLens Mount : Dudukan lensa
  27. MF : Manual Fokus
  28. AF : Auto Fokus
  29. Fps : Frame per second:, satuan kecepatan pengambilan gambar dalam gambar perdetik
  30. DOF : Depth of Field; ruang tajam, merupakan jarak, dimana gambar masih terlihat tajam/focus, bergantung pada: diafragma, panjang lensa dan jarak objek
  31. GN : Guide number; kekuatan cahaya blitz merupakan perkalian antara jarak (dalam meter atau feet) dan diafragma
  32. AR Range : Tingkat terang cahaya dimana system aotufocus masih dapat bekerja, dalam satuan EV
  33. EV : Exposure Value; kekuatan cahaya. Sample, EV=0 kekuatan cahaya pada difragma f/1,0 kecepatan 1 detik
  34. Exposure mode : Modus pencahayaan, pada umumnya ada 4 tipe: manual, Aperture priority, Shutter priority dan Programed (auto)
  35. Aperture : Diafragma
  36. Lens Hood : Tudung lensa
  37. Aperture priority : Prioritas pengaturan pada diafragma, kecepatan rana otomatis
  38. Shutter : Rana
  39. Shutter Priority : Prioritas pengaturan pada kecepatan rana, diafragma otomatis
  40. Exposure compensation :Kompensasi pencahayaan, membuat alternatif pencahayaan dari normal menjadi lebih atau kurang
  41. Flash Exposure Compensation : Kompensasi pencahayaan blitzt
  42. Metering: Pola pengaturan cahaya, biasanya terbagi dalam 3 kategori, centerweighted, evaluative/matrix, dan spot
  43. Center weighted Metering : Pengukuran pencahayaan pada 60% daerah tengah gambar
  44. Evaluative/Matrix : Pengukuran pencahayaan berdasarkan segmen-segmen dan presentase tertentu
  45. Spot : Pengukuran pencahayaan hanya pada titik tertentu
  46. View finder : Jendela bidik
  47. Built in Dioptri: Dilengkapi dengan pengatur dioptri (lensa+ atau – bagi mereka yang berkacamata)
  48. Eye piece Blind : Tirai penutup jendela bidik
  49. Interchangeable Focusing Screen : Fasilitas untuk dapat mengganti focusing screen
  50. Focusing screen : Layar focus
  51. Bracheting : Pengambilan gambar yang sama menggunakan pengukuran pencahayaan yang berbeda
  52. Flash Sync : Sinkron kilat, kecepatan maksimum agar body dan flash masih bekerja harmonis
  53. TTL: Through The Lens, Sistem pengukuran pencahayaan melalui lensa
  54. Remote Flash : Melepaskan lampu kilat dari badan kameranya dan meletakkannya si duatu tempat untuk mendapatkan efek foto yang diinginkan
  55. Bounce : Cahaya lampu kilat yang di pantulkan ke langit-langit atau bidang lain sehingga cahaya menerangi objek secara merata
  56. Slave unit : (Lampu kilat + mata listrik/elctric eye); adalah alat abntu yang sanggup menyalakan lampu kilat bila mata itu menerima sinar dari lampu kilat lain
  57. Wireless TTL : Sistem pengukuran TTL tanpa melalui kabel
  58. Multiple exposure : Fasilitas pemotretan berulang pada fram eyang sama
  59. Pupup Flash : Blitz kecil, terbuat menyatu dengan body
  60. Stop : Satuan pencahayaan, 1 stop sama dengan 1 EV
  61. Red Eye Reduction : fasilitas untuk mengurangi efek mata merah yang biasa terjadi pada pemotretan menggunakan blitz pada malam hari
  62. PC terminal : Terminal untuk blitz di luar hot shoe
  63. Hot shoe : Kaki blitz
  64. Mirror Lock up : Pengunci cermin, agar getaran dapat dikurangi pada saat rana bergerak
  65. Shiftable program : Pada mode program, exposure setting dapat diubah secara otomatis dalam EV yang sama, misalnya dari 1/125 menjadi 1/250 detik, f 5.6 dmenjadi f 11
  66. Second Curtain Sync : Fasilitas untuk menyalakan blitz sesaat sebelum rana menutup
  67. Shutter release : Pelepas rana
  68. Self Timer : Alat penangguh waktu pada kamera
  69. Vertical Grip : Alat pelepas rana utnuk pengambilan secra vertical tanpa harus memutar tangan
  70. Data Imprint : Fasilitas pencetakan data tanggal pada film
  71. Reloadable to last frame: fasilitas untuk mengembalikan film yang telah digulung di tengah ke posisi terakhir yang terpakai
  72. Fill In flash : Blitz pengisi, dalam kondisi tidak memerlukan blitz, blitz tetap dinyalakan untuk menerangi bagian-bagian yang gelap seperti bayangan
  73. Intervalometer : Fasilitas epmotretan otomatis dalam jarak waktu yang tertentu
  74. Multispot : Pengukuran pencahayaan dari beberapa titik
  75. Back : Sisi belakang kamera, berfungis pula sebagai penutup film
  76. Bayonet : Sistem dudukan lensa yang hanya memerlukan putaran kurang dari 90 derajat untuk pergantian lensa
  77. Bulk film : Film kapasitas 250 exposure
  78. Wide lens : lensa lebar, mempunya jarak titik bakar yang pendek, lebih pendek dari 50,,, biasanya:  *16-22mm (lensa lebar super)  *  24-35mm (lensa lebar medium  * 6-15mm (lensa mata ikan)
  79. Push : Meningkatkan kepekaan film dalam pemotretan, missal dari ISO 100-200/lebih
  80. Pull : kebalikan dari Push
  81. Main light : Cahaya pengisi/tambahan
  82. Foto wedding : Potraiture berpasangan (menciptakan rekaman gambar yang romantisme, baik dari posenya maupun dari suasananya
  83. Foto wedding terbagi 2 yaitu:
  84. Neo Classic Potraiture, ialah bentuk visual foto berpasangan yang beraura romantis
  85. Classic wedding, ialah bentuk foto berpasangan yang harus menjadi kenangan
  86. Blouwer : Kipas angin yang digunakan pada pemotretan model untuk menghasilkan efek angin
  87. Reverse ring : digunakan untuk memasang lensa yang di balik, untuk membuat lensa makro alternatif agar cahaya yang masuk tidak bocor
  88. Golden section : Potongan kencana; Hukum komposisi yang mengatakan bahwa keselarasan akan tercapai kalau suatu bidang adalah kesatuan dari 2 bidang yang saling berhubungan
  89. Komposisi : susunan garis, bidang, nada, kontras dan tekstur dalam suatu format tertentu
  90. Siluet : Teknik pencahayaan untuk menampilkan bentuk objek tanpa menunjukkan detilnya
  91. Framing : Pembingkaian objek untuk memberi kesan mendalam/ dimensi objek foto
  92. Panning : Teknik pengambilan gambar dengan kesan gerak (berubahnya latar belakang menjaid garis-garis sementara objek utama terekam jelas
  93. Sandwich : Teknik menggabungkan foto
  94. Cross process : Proses silang, biasanya di lakukan pada film positiv (E6) ke film negatif (C 41), sehingga menimbulkan warna- warna baru pada foto
  95. Esai foto : (Biar foto yang bicara), merangkai foto menjadi cerita bertem
  96. xposure time kalo ga salah sih lamanya waktu kita ngebuka bukaan ( Biasanya di mode Bulb )
  97. Sesuai dengan artinya, Interpolasi merupakan salah satu cara yang dipakai untuk memperbesar ukuran gambar dengan memultiplikasi pixel ukuran gambar yang diduplikasi menjadi lebih besar. Biasanya gambar interpolasi bila dilihat dengan teliti akan menurunkan ketajaman gambar karena bukan hasil asli keluaran dari sensor.
  98. HSM : Singkatan dari Hypersonic Motor. Artinya kurang lebih sama dengan USM, auto fokus cepat dan tidak bersuara. Kode ini akan Anda temukan di lensa merek Sigma.
  99. AF-S : Sama dengan kode diatas, kode ini akan Anda temukan di lensa merek Nikon.
  100. SAM : Sama dengan kode diatas, kode ini akan Anda temukan di lensa merek Sony.
  101. AF : Lensa Nikon yang tidak memiliki auto fokus built-in. Di kamera pemula Nikon seperti D60 dan D5000, tidak bisa mengunakan lensa ini untuk auto fokus, tapi harus dengan manual fokus
  102. VR : Singkatan dari Vibration Reduction, fungsinya sama dengan Image Stabilization.
  103. OS : Singkatan dari Optical Stabilization, fungsinya sama dengan Image Stabilization. Kode ini akan Anda temukan di lensa Sigma.
  104. VC : Singkatan dari Vibration Compensation, fungsinya sama dengan Image Stabilization. Kode ini akan Anda temukan di lensa Tamron.
  105. DX, DT, DC : Kode lensa yang di optimalkan untuk kamera sensor krop. Kode ini akan Anda temukan di lensa Nikon, Sony atau Sigma.
  106. DG : Kode lensa yang di kompatibel untuk kamera sensor krop dan full frame. Kode ini akan Anda temukan di lensa Sigma.
  107. L -> kependekan dari "Luxury", biasa diplesetkan menjadi "Larang". Lensa-lensa L-series Canon adalah lensa yang berada di jajaran atas. Dibuat dengan optik-optik pilihan yang berkualitas, juga memiliki build quality yang baik dan kokoh. Lensa seri ini ditandai dengan adanya gelang merah di leher bagian depan lensa. L singkatan dari luxury alias lensa mewah yg kualitasnya tinggi.
  108. DO -> kependekan dari "Diffractive Optics". Lensa seri ini bila dibandingkan dengan lensa lain yang memiliki focal length dan aperture maksimal yang sama biasanya memiliki bentuk yang lebih kecil dan berat yang lebih ringan. Canon juga meng-claim lensa seri DO ini memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengatasi chromatic aberration. Lensa ini ditandai dengan adanya gelang berwarna hijau di leher lensa bagian depan. Hingga saat ini Canon baru memproduksi 2 macam lensa dengan diffractive optics ini.
  109. EF -> mount lensa Canon sejak tahun 1987, mount sebelumnya bernama FD. Tambahan -S di belakang adalah kependekan dari Short Back Focus. Lensa dengan seri ini memiliki 'buritan' yang lebih nongol sehingga tidak bisa masuk ke body fullframe. Desainnya pun memang dirancang untuk body non-fullframe (APS-C) sehingga memiliki image circle yang lebih kecil daripada lensa seri EF biasa. Jika dipaksakan dipasang pada body fullframe (baik dibantu dengan extension tube atau cara lain), maka akan menghasilkan foto dengan vignetting yang cukup parah akibat jangkauan image circle tidak sampai mencakup keseluruhan frame.
  110. IS -> kependekan dari "Image Stabilizer". Teknologi peredam getar pada lensa yang memungkinkan lensa menstabilkan getaran tangan yang bisa menyebabkan foto shaking. Kemampuan IS biasanya diukur dengan stop rating, di mana semakin tinggi angka ratingnya, semakin baik kemampuan IS lensa tersebut dalam menstabilkan getaran.
  111. USM -> kependekan dari "Ultra-sonic Motor", bisa diplesetkan menjadi "Untuk Semua Momen". Lensa AF dengan motor ini biasanya memiliki kemampuan autofocus yang lebih cepat dan senyap sehingga dapat menangkap momen dengan lebih baik dan akurat.
  112. EF-S : jenis vatting / pangkon / bajonet / mounting
Previous
« Prev Post

0 komentar:

Post a Comment

Translate

Powered by Blogger.

Total Pageviews

Entri yang Diunggulkan

Membekukan Gerakan dengan Shutter Priority